Model Classroom Meeting

      Pada 1969, William Glasser merekomendasikan pelaksanaan classroom meeting sebagai salah satu bagi dari programnya yang bertajuk "reality therapy". Program ini dirancang untuk membantu siswa ynag punya masalah dalam perilakunya sehari-hari untuk belajar bertindak dengan cara ynag lebih bertanggung jawab.Dalam pengajaran ini, suasananya berlangsung positif. Guru tidak boleh menghakimi siapa pun dalam interaksinya dengan siswa. Para siswa didorong untuk secara konstruktif berhadapan dengan siswa lain, namun dengan cara yang respek dan hormatt-menghormati.

a. Sintak 
Tahp 1 : Desain ruangan
  • Guru meminta siswa untuk duduk melingkar. Ini dilakukan untuk mendorong partisipasi dan memungkinkan semua kelompok bisa melihat kelompok lain.
  • Guru bisa mencari variasi lain dalam merancang posisi duduk siswanya. Intinya siswa harus ditempatkan dalam pola yang benar-benar produktif.

Tahap 1 : Alokasi waktu
  • Guru mengalokasikan waktu sekitar 10 hungga 20 menit untuk siswa-siswa muda, dan 30 hingga 45 menit untuk siswa-siswa ynag lebih dewasa. Pada tahap ini diskusi antara siswa tidak boleh melebihi waktu yang telah ditentukan. Aturan soal waktu ini bisa mencegah mereka untuk melangkahi tanggung jawanya sendiri dan hak orang lain untuk berbicara.

Tahap 3: Implementasi 
  • Guru membuka meeting dengan meminta siswa mendiskusikan topik seputar perilaku, emosi, atau masalah-masalah yang terkait. Aturan-aturan mengenai bahasa kasar, komentar-komentar yang keras, atau hal-hal lain yang seharusnya sudah diesepakati bersama siswa. Aturan mengenai kesempatan berbicara juga penting.

Jika ada seorang yang memonopoli percakapan, guru sebaiknya segera memanggil siswa lain untuk berbicara atau bertanya pada siswa lain apakah mereka melihat bahwa siswa tadi sudah memonopolisasi pembicaraan. Guru membimbing siswa menuju resolusi permasalahan yang diangkat. 
Tahap 4 : Rekognisi
  • Guru memberi penghargaan atas prestasi siswa yang luar biasa dalam pelaksanaan claassroom meeting

b. Sistem Sosial
    Dalam modle pengajaran ini, guru harus mendorong agar diskusi bisa sampai pada solusi-solusi yang tida menyudutksn atau menghakimi siapa pun. Glesser percaya bahwa sebagian besar sekolah tidak bisa memenuhi beberapa kebutuhan siswanya dalam pelaksanaan kurikulum ini. Setidak-tidaknya, ada empat kebutuhan yang belum terpenuhi, antara lain : kebutuhan akan rasa memiliki (sense of belonging), kebutuhan akan kontrol diri (self-control), kebutuhan akan kebebasan (sense of freedom), dan kebutuhan akan kebahagiaan (sense of enjoyment). 
c. Peran/tugas guru
    Menurut Glasser, ada beberapa tugas penting seorang guru dalam classroom meeting, antara lain : menekankan tanggung jawab, membuat aturan-aturan pada kesuksesan, tidak menghakimi, menghargai solusi dan pendapat siswa, menawarkan alternatif-alternatif yang sesuai, konsisten dan melakukan review berkelanjutan. 
d. Sistem Dukungan
    Konteks ruangan kelas haruslah sedemikian rupa agar memungkinkan siswa berhadapan dan saling berbagi opini untuk mencapai solusi atas permasalahan tertentu. Desain kelas yang berbentuk lingkaran  bisa menjadi alternatif.
e. Pengaruh 
   Pengaruh yang dirasakan oleh guru dari pelaksanaan class meeting yaitu : rasa memiliki di dalam diri siswa, motivasi siswa untuk bekerja atas nama nama kelompok, sharing bantuan dari siswa yang lebih pandaipada siswa yang kurang pandai, dan kecendrungan siswa untuk tidak terlalu bergantung kepada guru, tetapi lebih mengandalkan kerja sama dan bantuan dari teman-temannya untuk mencapai solusi atas suatu permasalahan tertentu.   
  
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar